MANADO (BK) : Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Aksi Perempuan Indonesia (API) yang mengatasnamakan Gerakan Kolektif Perjuangan Rakyat Sulawesi Utara (Gerakan Kopra Sulut) melakukan aksi demo di Kantor Gubernur Sulut, Kamis (29/11/2018).
Alin, Ketua API Manado dalam orasinya menyampaikan, mendesak Pemerintah Provinsi Sulut segera mengambil langkah-langkah taktis untuk menstabilkan kembali harga kopra. Sementara sejumlah mahasiswa lainnya meneriakkan yel-yel selamatkan petani kopra.
“Harusnya negara hadir untuk berpihak kepada rakyat, dengan mengambil tindakan kongkrit. Negara juga harus kembali kepada sistem ekonomi yang berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 sebagai atas kondisi ekonomi bangsa saat ini,” ujarnya.
Dijelaskan Alin, Sulawesi dengan petani kelapa dan penghasil kopra terbesar di Indonesia justru terburuk ekonominya karena harganya yang murah perkilogramnya. Pemerintah Sulut, lanjutnya harus menghadirkan BUMD untuk mengelola dan memproduksi hasil pertanian kopra sebagai bentuk Industrialisasi di sektor penanian.
“Pemerintah Daerah Sulawesi Utara harus membuat regulasi peraturan daerah untuk mengontrol harga komoditas pertanian atau kopra,” teriaknya.
Aksi demo mereka kali ini adalah yang kedua setelah yang pertama dilaksanakan di Kantor DPRD Provinsi Sulut pada tanggal 26 November 2018 lalu. Aksi itu berakhir dengan kericuhan akibat dimulai dengan pembakaran ban bekas.
Asisten Dua Sekretariat Daerah Provinsi (Setdaprov) Sulut, Rudi Mokoginta yang menerima aksi demo menyampaikan, Pemerintah Sulut tidak diam dan sudah melakukan langkah-langkah strategis untuk menaikkan harga kopra.
“Untuk menaikkan harga kopra sudah ada beberapa kebijakan yang kami tempuh diantaranya telah mendatangkan negara pembeli kopra di Sulut pada satu bulan terakhir ini,” ungkap Mokoginta.
Lanjutnya, akan ada kebijakan untuk mengekspor biji kelapa karena lebih mahal harganya. Selain itu akan memberikan bantuan mesin memproduksi minyak kelapa kepada para petani kelapa. Juga meminta Pertamina untuk membeli kelapa agar bisa dijadikan salah satu bahan bakar untuk solar.
Aksi yang berjalan selama hampir 3 jam ini, berlangsung aman dan terkendali dibawah pengamanan ketat aparat kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Sulut.
(acha/bk-8)